Di era digitalisasi dan gaya hidup modern, fesyen bukan lagi sekadar kebutuhan dasar, melainkan juga ekspresi identitas dan kepribadian, terutama bagi generasi milenial. Generasi ini melek teknologi, terhubung secara sosial, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor sosial dalam proses pengambilan keputusan pembelian fesyen sangatlah penting, baik bagi perusahaan maupun peneliti konsumen.
Siapakah Generasi Milenial?
Generasi Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996. Mereka tumbuh besar dengan kemajuan teknologi, menjalani kehidupan yang terbuka dan dinamis, serta sangat menghargai realisasi diri. Saat membeli produk fesyen, generasi Milenial tidak hanya memperhatikan kualitas, tetapi juga simbol status, individualitas, dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan produk tersebut.
Apa Saja Faktor Sosial dalam Perilaku Pembelian?
Faktor sosial adalah pengaruh eksternal dari lingkungan seseorang yang memengaruhi keputusan pembeliannya. Faktor sosial yang paling penting meliputi:
Keluarga
Teman dan kelompok sebaya
Media Sosial dan Influencer
Status sosial
Budaya dan Komunitas
Pengaruh ini membentuk preferensi, persepsi, dan bahkan loyalitas merek.
Pengaruh Keluarga
Meskipun generasi Milenial dianggap mandiri, pengaruh orang tua dan saudara kandung tetap relevan, terutama dalam nilai-nilai seperti hemat, pilihan merek, dan alokasi anggaran.
Contoh: Seseorang yang tumbuh dalam keluarga hemat mungkin akan berpikir matang-matang apakah mereka ingin menghabiskan uang untuk membeli busana desainer yang mahal sebelum membelinya.
Pengaruh Kelompok Sebaya
Teman dan rekan sebaya memberikan pengaruh yang besar, terutama di usia ketika pengakuan dan keanggotaan kelompok menjadi hal yang penting. Banyak keputusan pembelian mode dibuat untuk “menyesuaikan diri” atau mengikuti tren.
Contohnya: Jika suatu merek sepatu kets sedang tren di kalangan teman-temannya, orang lain juga cenderung membeli merek itu agar tidak menonjol.
Peran Media Sosial dan Influencer
Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah merevolusi industri mode. Influencer telah menjadi panutan baru yang sangat memengaruhi gaya dan tren.
Generasi milenial sering kali mendapatkan inspirasi dari pakaian influencer favorit mereka saat berbelanja busana. Promosi, kode diskon, atau belanja influencer sering kali memicu impuls pembelian langsung.
Status Sosial dan Presentasi Diri
Mode sering digunakan sebagai simbol status sosial. Terutama di perkotaan, kaum milenial menggunakan pakaian untuk mengekspresikan status sosial atau ambisi mereka.
Contoh: Seseorang yang bekerja di industri kreatif sering memilih mengenakan pakaian yang menarik perhatian dan tidak biasa untuk menonjolkan kepribadian artistik mereka.
Komunitas dan Budaya Lokal
Selain keluarga dan teman, afiliasi dengan komunitas tertentu (misalnya, klub bersepeda, komunitas seni, atau grup musik) juga berperan dalam pilihan mode. Generasi milenial sering kali menyesuaikan gaya berpakaian mereka dengan nilai-nilai dan identitas komunitas mereka.
Contoh: Anggota komunitas streetwear sangat dipengaruhi oleh merek seperti Supreme atau Off-White karena merek-merek ini menyampaikan makna budaya tertentu.
Strategi Untuk Merek Fashion
Bagi perusahaan mode yang ingin menarik minat generasi milenial, memahami pengaruh sosial sangatlah penting. Berikut beberapa strategi efektifnya:
Kolaborasi dengan mikro-influencer lokal
Ulasan pelanggan dan fitur komunitas di toko online
Kesimpulan
Keputusan pembelian fesyen generasi milenial tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan fungsional, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial seperti keluarga, teman, influencer, dan komunitas. Memahami dinamika ini memungkinkan strategi pemasaran yang lebih terarah dan personal, yang pada akhirnya akan meningkatkan retensi pelanggan dan loyalitas merek.
Bagi generasi ini, mode bukan sekadar pakaian; tetapi merupakan ekspresi siapa mereka, siapa yang mereka miliki, dan bagaimana mereka ingin dipersepsikan oleh orang lain.